Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the qempo-themer domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/k2217575/domains/amti.id/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114
Hahal Bihalal AMTI Serukan Ekosistem Pertembakauan Perlu Proteksi Pemerintah – AMTI
Hahal Bihalal AMTI Serukan Ekosistem Pertembakauan Perlu Proteksi Pemerintah

Hahal Bihalal AMTI Serukan Ekosistem Pertembakauan Perlu Proteksi Pemerintah

JAKARTA, 16 Mei 2022 – Berada pada kuartal II, di mana industri manufaktur diproyeksikan untuk terus bertumbuh, termasuk industri hasil tembakau (IHT), namun kenyataannya ekosistem pertembakauan justru menghadapi tekanan dan tantangan bertubi-tubi. Ketika IHT membutuhkan ruang pemulihan pasca pandemi, sebaliknya, intervensi asing maupun dalam negeri terus menyudutkan ekosistem pertembakauan lewat berbagai rekomendasi kebijakan dan peraturan.

Secara jelas, IHT menjadi motor penggerak penerimaan negara, namun proteksi terhadap ekosistem pertembakauan masih minim. Hal ini diutarakan oleh Ketua Umum Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI), Budidoyo saat membuka acara Halal Bihalal AMTI dengan seluruh elemen mata rantai  IHT di Jakarta, pada Senin, 17 Mei 2022.

Budidoyo menyayangkan regulasi yang ada saat ini masih belum bisa memberikan kesempatan kepada IHT untuk memulihkan diri, bangkit dan terus bertumbuh. Mulai dari hulu hingga hilir, dari petani, industri hingga konsumen terus tergerus dengan stigma negatif yang dibangun untuk mematikan ekosistem pertembakauan.

Ketua AMTI Budidoyo, dalam acara Halal Bihalal AMTI dengan Elemen IHT

Ketua AMTI Budidoyo, dalam acara halal bihalal AMTI dengan elemen IHT

Tembakau nusantara yang telah menjadi andalan penerimaan negara membutuhkan perlindungan dan komitmen dari pemerintah. “Tekanan terhadap IHT semakin masif. Gempuran tekanan ini mengancam keberlangsungan IHT. Ekosistem pertembakauan tidak dapat dipisah-pisah, seluruh elemennya adalah mata rantai yang terkait. Satu kebijakan yang dibuat, akan mempengaruhi seluruh elemen. Kami hanya ingin tumbuh, sejahtera, hidup dan berkontribusi bagi negeri,” kata Budidoyo.

Tembakau saat ini terus menerus ditekan, bukannya didorong atau difasilitasi agar semakin bertumbuh. Sebagai peringkat keenam penghasil tembakau di dunia, IHT menyumbang penyerapan tenaga kerja paling besar (5,98 juta tenaga kerja). “Kontribusi dan sumbangsih IHT dirasakan masyarakat mulai dari kabupaten,kota hingga negara, namun apresiasi dan proteksi terhadap IHT masih minim,” Budidoyo menegaskan.

Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), sebagai salah satu elemen IHT, turut menyuarakan keresahan para petani tembakau terutama yang tengah memasuki musim tanam raya. Momen ini menjadi krusial mengingat proses ini akan menentukan kuantitas dan kualitas hasil panen. Tembakau menjadi tulang punggung bagi 2 juta petani tembakau serta 1,5 juta petani cengkeh. Perubahan cuaca, kondisi alam, perubahan kebijakan dan peraturan adalah sederet faktor yang berdampak pada petani tembakau.

Ketua APTI Soeseno

Ketua APTI Soeseno

“Seluruh ekosistem pertembakauan harus bersatu padu untuk bangkit dan bertumbuh. Petani tembakau, petani cengkeh, tenaga kerja dan industri harus selalu siap berkonsolidasi. Semua stakeholder pertembakauan harus bersatu untuk meminimalisasi tekanan dan tantangan yang ada. Petani di hulu akan merasakan setiap tekanan dan tantangan yang ada dalam ekosistem pertembakauan. Konversi jenis tanaman yang terus digaungkan oleh anti-tembakau merupakan solusi yang tidak memikirkan dampak jangka panjang kesejahteraan petani tembakau,” sebut Soeseno, Ketua Umum APTI.

“Tembakau bagi petani bukan sekadar ladang pekerjaan, namun juga warisan budaya, jejak sejarah dan komoditas yang sudah mendarah daging. Harapannya pemerintah dalam mengambil sebuah keputusan, jangan hanya memenangkan satu pihak. Pertimbangkankan juga lah para petani yang akan terkena dampaknya. Apalagi kami para petani tembakau, sering tak punya pilihan,” tambah Soeseno.

Senada, I Ketut Budhyman selaku Ketua Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia (APCI) menegaskan bahwa petani cengkeh juga merasakan dampak dari kondisi tekanan yang melanda industri hasil tembakau.

I Ketut Budhyman selaku Ketua Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia (APCI)

Mewakili suara industri, Benny Wahyudi, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Rokok Putih Indonesia (Gaprindo) menyebutkan secara jelas tekanan dan tantangan terhadap industri ini, berimbas pada sektor hulu hingga hilir. Upaya pemerintah dengan tujuan untuk mengurangi prevalensi perokok anak, berpengaruh pada penurunan produksi industri, dan berimbas pada petani. “Mari kita sama-sama berjuang untuk memastikan industri ini bisa tumbuh,” tambah Benny.

Stigma negatif terhadap produk tembakau mempengaruhi kondisi dan proses dagangnya. Sepert yang diutarakan Tutum Rahanta, Dewan Pembina Perhimpunan Pusat Perbelanjaaan Indonesia (Hippindo) bahwa produk tembakau diperlakukan seolah seperti produk ilegal. “Produk tembakau bukan barang yang dilarang, hanya dalam pengawasan. Namun, pada praktiknya sangat sulit, tidak ada keleluasan, tidak adil. Mari kita memperjuangkan hak-hak kita, karena Hippindo telah melaksanakan kewajiban sebagai pembayar pajak yang taat “tambah Tutum.

Dampak bagi Tenaga Kerja

Sudarto, Ketua Federasi Serikat Pekerja Sektor Rokok/ Tembakau, Makanan dan Minuman (FSP RTMM) SPSI mengapresiasi langkah AMTI menyatukan seluruh elemen ekosistem pertembakauan. Dari sisi tenaga kerja, Soedarto menekankan bahwa IHT  menyerap 5.98 juta tenaga kerja didominasi oleh para petani dan pekerja pabrikan kecil, sedang, dan besar. Para pekerja membutuhkan kepastian  yang konsisten dan jelas atas keberlanjutan industri ini. “Terasa anomali karena IHT  serapan tenaga kerjanya paling besar tapi memiliki akses paling terbatas. Dalam praktiknya, kebijakan dan peraturan yang ada terkait pekerja di sektor tembakau ditafsir masing-masing berbeda oleh daerah-daerah. Kami  di FSP RTMM terus berjuang agar seluruh tenaga keeja bisa mendapatkan kepastian, pemerataan, dan kesejahteraan,”ujar Soedarto.

Hanano Wibisono, Sekjen AMTI menambajlan kebijakan, peraturan dan perundang-undangan yang ada selama ini belum sepenuhnya berpihak pada IHT. Ditambah lagi dengan kampanye yang menekan ekosistem pertembakauan, membuat industri ini dalam tekanan. IHT dan seluruh elemen ekosistem pertembakauan membutuhkan sikap adil dan berimbang pemerintah terutama dari sisi regulasi.

Hanano Wibisono, Sekjen AMTI

Hanano Wibisono, Sekjen AMTI

“Sudah jelas kontribusi dan sumbangsih yang diberikan IHT terhadap negara, tapi jika dihadapkan pada tekanan dan intervensi dari segala sisi, sulit bagi IHT untuk bangkit dan bertumbuh. Perlu diingat, industri hasil tembakau Indonesia cukup kompleks dan satu-satunya di dunia dengan ekosistem dan siklus lengkap. Oleh karena itu, tidak relevan dengan intervensi ataupun tekanan dari asing,” sebut Hananto.(*)

Add a Comment

Your email address will not be published.